Kamis, 01 Desember 2011

Bersepeda Ke Ausie Cari Dana Bagi Penderita Stroke

Bersepeda Cari Dana Bagi Penderita Stroke | Tidak banyak orang yang mengambil keputusan dan berbuat seperti yagn dilakukan oleh Teguh Pujo Budi Santoso. Pernah menderita stroke beberapa tahun dan nyaris tidak bisa berbuat apa-apa, membuat pria kelahiran Jember, 17 September 1964 itu bernazar untuk keliling dunia.

Setelah menyelesaikan keliling Indonesia, ke negara-negara Asean, mantan sopir taksi di Kota Malang ini merencanakan berangkat keliling Australia, pertengahan Januari 2011 lalu, dengan sepeda anginnya. Kali ini tujuannya untuk mencari dana abadi peduli stroke, terutama diperuntukkan bagi orang yang tidak punya.

“Saya pernah kena stroke sehingga saya ingin membantu. Saya sendiri mulai melakukan kegiatan bersepeda  sejak 2006,” ujar Teguh, sarjana teknik industri ini alumnus ITN Malang ini.

5,5 tahun berkeliling di sejumlah negara ASEAN, setelah pulang menemui keluarganya di Jember, Teguh mengayuh lagi sepeda anginnya. 17 Januari 2011 itu ia transit di Malang dan melanjutkan perjalanan ke Surabaya. Selanjutnya ia naik kapal laut ke Australia dan Selandia Baru  Alasan memilih keliling negara kanguru itu karena memang belum pernah kesana.

Menurut bapak dua anak, Linda dan Dicky ini, dana abadi itu masih nol rupiah dan ia sudah menyiapkan rekeningnya. Ia memastikan akan memberikan pada mereka yang terkena stroke. Ia kemudian menunjukkan potongan kertas Yayasan Stroke Indonesia yang mungkin akan dijadikan tempat untuk mendonasikan apa yang didapat bagi penderita stroke.

Dijelaskannya, ketika memutuskan berkeliling dunia dengan sepeda, tentu saja mendapat tantangan dari istrinya, Erlin (41) yang sampai sekarang masih tinggal di Jember. Apalagi setelah sembuh dari penyakit stroke kok malah meninggalkan keluarganya. Belum lagi tanggung jawab sebagai kepala keluarga. ”Tapi setelah itu mendukung,” ceritanya. Anak pertamanya bahkan kini sudah menjadi mahasiswa di sebuah akademi kebidanan di Mojokerto. Sementara anak kedua, Dicky menemani ibunya di Jember. Menjadi sopir taksi dilakoni setelah di PHK dari sebuah perusahaan di Surabaya.

Ia merasa dengan bersepeda membuat kondisinya yang baru pulih dari stroke menjadi lebih baik. Meski saat ini secara fisik terlihat sehat, tapi cara bicaranya masih terbata-bata meski sudah mampu membuat rangkaian kalimat. Selain itu, dengan mendokumentasikan secara lengkap apa yang dilakukannya, membantunya bertutur tentang kegiatannya. ”Tapi stroke saya juga pernah kambuh selama lima hari ketika perjalanan di Merauke, Papua pada September 2011 lalu,” ungkapnya. Selain kena stroke lagi, saat di Merauke, peralatan videonya juga hilang dibawa maling. Soal sepeda anginnya, ia sudah menggantinya selama tiga kali selama melakukan kegiatan ini.

Satu kali kehilangan sepeda karena dicuri di Terminal Madiun ketika ia tertidur. Tapi ia kemudian membeli sepeda angin lagi. ”Kalau perjalanan panjang, saya biasanya membawa perlengkapan seminim mungkin menyesuaikan kebutuhan. Kalau mau ke Australia ini, ya saya tambah baju  hangat,” paparnya.

Sumber: Harian Surya
Kredit Foto: http://milirwae.blogspot.com

Related Post:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

my favourite blogs